Guru Penggerak dan Inovasinya


Tanggal Berita : 03/12/2020 Diunggah Oleh : HUMAS

Jakarta, Kemendikbud - Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Iwan Shayril mengatakan, filosofi dari guru penggerak adalah ketika guru melakukan yang terbaik bukan sekadar untuk diri sendiri, namun mampu menjadikan lingkungannya lebih baik lagi. Demikian disampaikan Iwan saat membuka acara Apresiasi Guru dan Kepala Sekolah Dedikatif, Inovatif, dan Inspiratif, di Jakarta (23/11).

Iwan mengatakan, ia ingin mendorong agar calon-calon guru penggerak ke depannya bisa berasal dari semua daerah. “Agar semakin bagus kualitas daerahnya, manajemen sekolahnya, pengawas, kepsek, dan keseluruhan stakeholder terkait,” tuturnya.

Iwan melanjutkan, filosofi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) satu halaman pada intinya adalah tidak membebani guru. Hal ini dimaksudkan agar waktu bagi para pendidik lebih banyak untuk anak-anak sehingga mengurangi beban administrasi guru itu sendiri. Menurutnya, sangat penting bagi guru untuk mengutamakan substansi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dibandingkan menghabiskan lebih banyak waktu mengurus hal-hal yang bersifat administratif. “Tiga hal penting yang harus dipahami dan diprioritaskan oleh para guru yakni siswa, siswa, dan siswa,” tuturnya

Iwan menambahkan, kolaborasi juga memegang kendali yang penting. Sebagaimana modal yang harus dimiliki dalam menyiapkan revolusi industri 4.0 dengan 4C yaitu critical thinking (berpikir kritis), creativity thinking (berpikir kreatif), communication (komunikasi), dan collaboration (kolaborasi). Dikatakan Iwan, seorang guru penggerak harus memahami bagaimana siswa menjadi fokus, menginspirasi dan mementor yg lain. “Kita ngga bisa melakukannya sendiri, tapi harus bareng-bareng.”

Sejalan dengan falsafah Tut Wuri Handayani, Dirjen Iwan berharap guru bisa menjadi teladan, mampu memotivasi semangat anak didik sehingga mereka menjadi generasi merdeka yang berdaya. Tujuan dalam memandang muara pendidikan di Indonesia adalah karakter unggul. “Siswa adalah fokus kita dalam menjalankan pendidikan maka disetiap aktivitas kita, tanyakan apa kegiatan kita berdampak ada manfaatnya untuk siswa,” terangnya.

Ia berharapa para guru yang mendapat apresiasi ini tidak berhenti sampai di sini dan terus berkarya tebar praktik baik serta menjadi teladan. “Gunakan masa pandemi sebagai kesempatan berkreasi dalam mewujudkan Merdeka Belajar,” pungkas Iwan dalam pesannya, seraya mengajak para guru menjadikan profesi pendidik sebagai sebuah kebanggaan yang mampu menjadi insipirasi bagi bangsa.

Salah satu guru peraih apresiasi dari Kabupaten Sebatik, Adi mengungkapkan rasa terkejutnya ketika mendapatkan penghargaan guru inovatif ini. Ia tidak menyangka ide membuat laboratorium alam dengan memanfaatkan lahan di sekitar sekolah bermanfaat bagi peserta didik dan diapresiasi Kemendikbud.

Adi memanfaatkan hutan sekolah yang terbengkalai dipenuhi sampah untuk kemudian disulap menjadi laboratorium alam. “Saya ingin wujudkan hutan sekolah sebagai pusat penelitian di wilayah perbatasan yang tidak hanya berguna bagi sekolah saya namun juga siswa lain di sekitarnya sehingga siswa dari berbagai jenjang pendidikan bisa belajar di hutan tersebut,” harap Adi yang baru pertama kali ke Jakarta itu.

“Meskipun kita berada di perbatasan, tapi mimpi kalian (siswa-siswi) tidak boleh terbatas. Saya yakin di antara kalian ada yang bisa menjadi peneliti dan lain-lain,” ungkapnya ketika memotivasi peserta didik.

Direktur GTK Dikmen dan Diksus, Kemendikbud, Yaswardi, mengatakan, tantangan baru bagi dunia pendidikan Indonesia adalah bagaimana menjadikan peringatan HGN sebagai momentum untuk berkolaborasi. “Kepala sekolah, guru, orang, guru, orang tua, serta warga lingkungan tempat tinggal harus bersinergi untuk kemajuan pendidikan peserta didik di Indonesia,” katanya. (Denty A./Aline R.)

Sumber : Kemendikbud